Para Sahabat Rasulullah

Dalam mengemban dakwah Rasulullah SAW mendapatkan sahabat pilihan yang membentenginya sehingga perjalan dakwahnya sukses hingga berdarah – darah. Sahabat-sahabat beliau ikhlas bukan hanya tenaga, nyawa jiwa dan raga serta harta benda ikut menjadi taruhannya siapa sajakah mereka, berikut diantara sahabat-sahabatnya :
1. Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau merupakan bagian dari assabiqunal awwalun, yakni orang-orang pertama yang masuk Islam. Sahabat yang selalu mendampingi Rasulullah berdakwah, menyiarkan agama Islam.
Abu Bakar terkenal sebagai pribadi yang lembut dalam bertutur kata, penyabar, juga dermawan yang membebaskan 70 budak. Rasulullah memberikan gelar “Ash-Shiddiq” kepada Abu Bakar, yang memiliki arti “berkata benar”.
Abu Bakar juga menemani perjalanan hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Walau mengalami ancaman bahaya dibunuh oleh kaum kafir quraisy, Abu Bakar tetap setia mendampingi Rasulullah. Saat Rasulullah sakit, Abu Bakar ditunjuk oleh Nabi Muhammad untuk menggantikannya sebagai Imam Sholat.
Ketika Rasulullah meninggal dunia, banyak para sahabat yang tidak percaya atas kematian Rasulullah, namun hanya Abu Bakar satu-satunya yang mengingatkan bahwa Rasululllah juga seorang manusia sama halnya seperti mereka. Abu Bakar melanjutkan kepemimpinan Rasulullah sebagai Khalifah umat muslim. Saat menjadi seorang Khalifah, Abu Bakar tetap berada di jalan yang lurus, gigih untuk melindungi Islam juga memerangi kaum yang murtad.
2. Umar bin khattab
Umar bin Khattab. Dedikasi Umar untuk Islam sangat besar dalam hidupnya. Pada awal kali Islam hadir di Mekkah, Umar sempat berniat untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Namun, setelah mendengar saudarinya membacakan ayat Allah, Umar yang cerdas dan rasional dapat menilai bahwa kalimat yang dibacakan oleh saudarinya bukanlah ciptaan manusia. Alih-alih membunuh Nabi Muhammad, Umar bin Khattab menghampirinya untuk memeluk agama Islam secara sadar.
Setelah memeluk agama Islam, Umar menjadi orang yang paling berani dan tidak segan mengangkat pedang untuk membela kebenaran ajaran Islam. Umar juga menjadi orang yang paling berani memberikan gagasan dan kritik kepada RasulullahSAW. Nabi Muhammad SAW memberikan gelar “Al-Faruq” yang memiliki arti “pembeda antara yang benar dan yang salah”.
Setelah Abu Bakar wafat, Umar melanjutkan posisi Khalifah. Sebagai pemimpin Islam, Umar bin Khattab selalu totalitas menjalankan perannya. Membuat berbagai sistem baru untuk pembangunan masyarakat Islam dan kesejahteraan rakyatnya. Bahkan ketika wabah melanda, Umar rela tidak makan dan mendahulukan rakyatnya untuk makan. Kepemimpinan Umar dapat membuat syiar Islam meluas hingga sepertiga penduduk dunia.
3. Ustman bin Affan
Ustman bin Affan beliau menjadi Khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab wafat. Utsman terkenal sebagai saudagar yang sangat kaya di Mekkah. Walaupun kaya, Utsman sangat dermawan, memiliki tutur kata yang baik, serta banyak membelanjakan hartanya untuk Zakat, sedekah, dan infaq.
Di masa kepemimpinan Utsman, Islam semakin mengalami kemajuan. Di antaranya, Utsman membangun angkatan laut Islam pertama, dan memperluas daerah syiar Islam. Mengumpulkan mushaf Al-Quran yang berbeda, kemudian menyusun satu mushaf yang disepakati digunakan bersama hingga saat ini. Lalu, Utsman adalah sosok yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Salah satunya ia mewakafkan sumur agar masyarakat bisa minum dan menggunakan air saat kekeringan. Sumurnya bahkan masih ada sampai sekarang dan berfungsi.
4. Ali bin Abi Thalib
Orang kedua yang memeluk Islam setelah Khadijah merupakan Ali bin Abi Thalib. Allah menjadikan Ali masuk ke dalam golongan sahabat Nabi. Sebab, Ali telah mempelajari Islam dari usianya yang terbilang anak-anak. Belajar langsung kepada Rasulullah. Kesetiaannya terhadap Islam tidak perlu diragukan lagi, Ali tidak pernah sekalipun absen dari perang-perang yang berlangsung untuk membela Islam.
Ketika Rasulullah berhijrah, Ali menyamar menjadi Nabi Muhammad dengan tidur di atas tempat tidurnya. Sehingga kaum kafir Quraisy menyangka Nabi Muhammad masih berada di dalam rumahnya.
Ketika kaum kafir quraisy hendak menyerang Nabi Muhammad, ternyata mereka menemukan Ali yang berada di tempat tidur. Sia-sia mereka menunggu semalaman untuk membunuh Nabi Muhammad.
Akhirnya mereka meninggalkan Ali. Tiga hari kemudian, Ali menyusul pergi hijrah ke Madinah seorang diri. Bersembunyi pada siang hari, dan melanjutkan perjalanan pada malam hari. Betapa setianya Ali kepada Rasulullah, sehingga dengan tulus melakukan tugasnya.
Setelah Utsman meninggal, terjadi kekosongan kepemimpinan Islam dalam beberapa waktu, kemudian Ali diusulkan menjadi Khalifah selanjutnya. Semasa kepemimpinannya mengalami banyak tantangan, sebab banyak sekali pemberontakan dari kelompok yang terpecah dengan pemikiran masing-masing. Ali bin Abi Thalib merupakan orang terakhir dalam Khulafaur Ar-Rasyidin.
5. Talhah bin Ubaidillah
Nama Talhah bin Ubaidillah tidak seterkenal nama Abu Bakar ataupun Umar bin Khattab, namun Nabi Muhammad menyebut Talhah setelah Ali sebagai sahabat nabi yang dijamin masuk surga.
Saat Islam hadir di Mekkah, Talhah tidak ragu untuk menerima ajaran Rasulullah. Dia langsung ikut bergabung dengan Islam. Selama syiar dakwah Islam dijalankan, Talhah ikut berjuang dalam peperangan dan menjalankan tugas yang diberikan oleh Rasulullah.
Rasulullah memberikan julukan Talhah si Baik Hati, Talhah si Pemurah, Talhah si Dermawan. Ketika Uhud, kaum muslim sempat lengah dan hampir membahayakan nyawa Rasulullah. Saat Kaum Quraisy hendak menyerang Rasulullah, Talhah langsung melindungi Rasul hingga kehilangan jari-jarinya.
Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa ingin melihat seorang Syahid berjalan di muka bumi, maka hendaknya ia melihat Thalhah bin ‘Ubaidillah.” (HR Tirmidzi 3672)
6. Zubair bin Awwam, Hawari Rasulullah SAW
Zubair bin Awwam merupakan sepupu dari Nabi Muhammad, juga salah satu dari orang pertama yang masuk Islam atau assabiqunal awwalun. Beliau memeluk agama Islam sejak usia 15 tahun, dia sangat setia kepada Rasulullah, dan selalu berusaha melindungi Rasulullah dari bahaya.
“Sesungguhnya setiap nabi mempunyai penolong (hawari), dan hawariku adalah Zubair bin Awwam.” (HR Muslim)
7. Abdurrahman bin Auf, Sahabat Rendah Hati dan Dermawan
Salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki kedermawanan luar biasa adalah Abdurrahman bin Auf. Walaupun menjadi saudagar kaya, Abdurrahman bin Auf banyak membelanjakan hartanya untu membantu kaum muslimin. Abdurrahman bin Auf juga merupakan bagian dari assabiqunal awwalun, atau 10 orang pertama yang masuk Islam.
Ketika mendengar Rasulullah menyebut nama Abdurrahman biun Auf adalah salah seorang dari para sahabat nabi yang masuk surga, tidak membuatnya jadi merasa angkuh melainkan khawatir. Dia khawatir apakah layak untuk masuk surga dan merasa bukan siapa-siapa. Padahal jasa Abdurrahman bin Auf untuk pembangunan Islam sangatlah besar.
8. Sa’ad bin Abi Waqash, Setia Berjuang di Jalan Allah
Sa’ad bin Abi waqash merupakan paman Nabi Muhammad dari Ibunya. Ayahnya Sa’ad merupakan paman dari Aminah. Ketika mendengar Islam hadir di Mekkah, Sa’ad langsung menghampiri Rasulullah untuk mengucapkan kalimat syahadat. Sa’ad sangat mengenal Rasulullah, sehingga dia percaya dengan agama Allah SWT.
Sa’ad sangat kesetia dan selalu mendampingi Rasulullah berperang. Sa’ad sangat pandai memanah, dan dia menjadi orang pertama yang melepaskan anak panah untuk membela Islam.
Selain kesetiaannya terhadap Islam, Sa’ad juga sangat menyayangi ibunya. Dia adalah anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Walaupun di awal kali Sa’ad masuk Islam sempat ditentang oleh ibunya, Sa’ad tetap mempertahankan agamanya dan bersikap baik kepada ibunya yang berbeda kepercayaan.
9. Sa’id bin Zaid, Golongan Assabiqunal Awwalun
Seseorang yang berperan membuat Umar bin Khattab masuk Islam adalah sa’id bin Zaid beserta Fatimah binti Khattab, istrinya. Sa’id merupakan adik ipar Umar bin Khattab. Sejak kecil Sa’id diajak ayahnya untuk mencari agama yang hak, agama yang benar, sebab tradisi menyembah berhala dinilai tidak benar. Namun, sebelum menemukan Islam, ayahnya telah meninggal dunia.
Ketika mendengar Islam yang disyi’arkan Rasulullah, Sa’id langsung bergabung ke kelompok pelopor Islam, yakni orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Istrinya pun ikut serta menyatakan diri memeluk agama Islam.
Perjuangan Sa’id dalam membela agama Islam tidak perlu diragukan lagi. Sa’id selalu ikut berperang bersama Rasulullah, juga menjalankan perintah Rasulullah dengan sungguh-sungguh. Hingga nama Sa’id disebut Rasulullah sebagai salah seorang sahabat nabi yang dijamin masuk surga.
10. Abu Ubaidah bin Jarrah,
Abu Ubaidah dikenal sebagai sosok yang lemah lembut namun sangat cekatan seperti singa. Memiliki sifat amanah dan bertanggung jawab. Ia merupakan golongan assabiqunal awwalun yang bersyahadat satu hari setelah Abu Bakar.
Dalam Perang Badar, Abu Ubaidah menyusup ke pasukan musuh tanpa rasa takut. Dia tidak pernah absen mengikuti pertempuran untuk membela Islam. Setia dalam membela Nabi Muhammad SAW dalam situasi apapun.
Abu Ubaidah bin Jarrah pernah ikut hijrah ke Habasyah (Ethiophia) bersama Rasulullah, untuk mengajak masyarakat Habasyah masuk ke dalam Islam. Setelah Rasulullah wafat, Abu Ubaidah masuk ke dalam kandidat calon Khalifah bersama Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Bahkan ketika Umar menjadi Khalifah sangat ingin Abu Ubaidah yang meneruskan kepemimpinan Islam. Namun nasib berkata lain, Abu Ubaidah meninggal dunia karena terjebak dalam wabah penyakit.
11. Zaid bin Haritsah, Asal Mula Turunnya Ayat Tentang Anak Angkat
Zaid bin Haritsah adalah sahabat nabi yang menjadi penyebab asal usul turunnya ayat anak angkat. Cerita bermula dari Zaid diculik saat ia diajak ibunya untuk pergi ke kampung halamannya. Lalu, ia diserang dan seketika dijadikan budak oleh para penawan.
Ibunya mencari keberadaan Zaid karena ingin tahu apakah anaknya telah tiada atau masih hidup. Setelah lelah karena rasa khawatir yang menumpuk, ibunya mendapatkan kabar bahagia kalau anaknya masih hidup dan tinggal di kota Mekkah bersama Rasulullah SAW. Beliau angkat Zaid sebagai anak.
Mendengar kabar tersebut, sang ibu bergegas ke Kota Madinah dengan membawa uang untuk menebus anaknya. Sesampainya di kediaman baginda Rasulullah, beliau meminta Zaid untuk memilih apakah tetap tinggal bersama nabi atau ikut pulang bersama ibu. Jika pulang, maka Rasulullah tidak akan mengambil uang tebusan dari orang tua Zaid.
Zaid memilih untuk tinggal bersama Rasulullah. Beliau pun mengumpulkan orang sekitar untuk mengumumkan bahwa Zaid adalah anaknya dan ahli warisnya. Akan tetapi, dari peristiwa ini turun ayat surat Al-Ahzab ayat 5 yang berisi tentang bahwa anak angkat harus tetap dipanggil dengan nama ayah kandung mereka, bukan ayah angkat.
“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka; itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu”(QS al-Ahzaab: 5).