PERJALANAN IBADAH HAJI part 3#

Haji menurut pengertian kebahasaan berarti menuju ke tujuan yang diagungkan. Ibadah ini diharapkan dapat mengantar manusia kepada pengenalan jati diri, pembersihan dan penyucian jiwa. Hal inilah yang berkaitan dengan ibadah haji menganjurkan pelakunya untuk memulainya dengan mandi (mensucikan jasmani dari segala noda) serta taubat untuk menyucikan hati dari segala dosa.
Haji dalam ajaran Islam adalah “berkunjung ke Makkah dan sekitarnya pada hari-hari tertentu untuk melaksanakan aneka kegiatan tertentu demi Allah SWT.”
Ibadah haji telah dikenal jauh sebelum Nabi Muhammad SAW, diutus. Menurut Al-Qur’an ibadah ini dikumandangkan atas perintah Allah SWT oleh Nabi Ibrahim AS kepada seluruh manusia. Ada tempat dan cara-cara yang Allah SWT wahyukan kepada nabi Ibrahim AS untuk palaksanaannya, dan ada juga yang diangkat oleh Nabi Muhammad SAW, atas petunjuk Allah SWT dari pengalaman Nabi Ibrahim AS dan keluarga beliau.
Memang kedudukan ibadah haji sebagai rukun Islam kelima dan bahwa ia wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu sudah menjadi pengetahuan mendasar bagi seluruh umat Islam. Tapi pemahaman tentang makna “kemampuan” dan tata cara pelaksanaannya serta latar belakang dan hikmah dibalik ketentuan-ketentuannya masih jauh dari yang diperlukan.
Kerinduan berkunjung kerumah kekasih untuk melaksanakan ibadah haji memang sangat jelas terlihat dari banyak sekali kaum muslim, baik yang mampu maupun yang tidak. Tapi kerinduan baru terbatas pada kunjungan ke rumah kekasih, bukan kerinduan kepada kekasih, yakni Allah SWT dan rasulNya. Karena itu tekad dan upaya untuk menghindarkan segala rintangan dengan mempersiapkan bekal perlu terus diupayakan dan ditingkatkan, bisa jadi tekad mempersiapkan bekal material dapat dinilai memadai. Tapi mempersiapkan bekal ruhani yang terbaik masih sangat perlu kita tingkatkan. Allah SWt berpesan tentang perlunya membawa bekal takwa.
“(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!” (QS Al Baqarah 197)
Saat pelaksanaan ibadah haji yang perlu digaris bawahi adalah :
1. Kemampuan material artinya memiliki biaya yang cukup untuk keberangkatan dan kepulangan, disamping itu juga biaya hidup untuk keluarga yang ditinggalkan. Ketersediaan itu semua terpenuhi tanpa menjual rumah tempat tinggalnya atau menggunakan modal kerja atau apa pun yang diperlukaqn dalam melanjutkan kehidupannya dan kehidupan keluarga yang menjadi tanggungannya.
2. Kemampuan fisik. Ini karena ibadah haji sangat membutuhkan energi dan fisik sehat. Masa kini persyaratan ini semakin ditekankan karena jumlah jamaah haji sudah sedemikian banyak. Karena itu pula haji tidaklah wajib bagi yang sangat tua atau menderita penyakit yang membuatnya berat.
3. Kemampuan pengetahuian gtentang ibadah haji dan kesiapan mental. Karena itu yang bermaksud melaksanakan haji hendaknya mempelajari dengan seksama seluk beluk ibadah ini agar hajinya sah dan sempurrna.

Selain ketiga jenis kemampuan itu, harus juga terjamin keamanan baik dalam perjalanan menuju dan kembali, ditempat yang dituju serta saat pelaksanaan ibadah hingga selesai. Keamanan keluarga yang ditinggal pun harus menjadi pertimbangan. Jangan sampai karena di tinggal pergi mereka menderita. Semoga sehat dan bahagia