Seiring dengan dimulainya Pekan Menyusui Sedunia, UNICEF dan WHO menyerukan pemerintah dan para mitranya di Indonesia untuk mendukung semua ibu agar dapat menyusui sejak dini, secara eksklusif, dan berkesinambungan di tengah menurunnya angka pemberian ASI selama pandemi COVID-19.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2021, 52,5 persen – atau hanya setengah dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari enam bulan- yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia, atau menurun 12 persen dari angka di tahun 2019. Angka inisiasi menyusui dini (IMD) juga turun dari 58,2 persen pada tahun 2019 menjadi 48,6 persen pada tahun 2021.
Pemberian ASI sejak dini dan secara eksklusif amat penting bagi kelangsungan hidup seorang anak, dan untuk melindungi mereka dari berbagai penyakit yang rentan mereka alami serta yang dapat berakibat fatal, seperti diare dan pneumonia. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima ASI memiliki hasil tes kecerdasan yang lebih tinggi. Selain itu, mereka memiliki kemungkinan lebih rendah mengalami obesitas atau berat badan berlebih, begitu pula dengan kerentanan mereka mengalami diabetes kelak. Secara global, peningkatan pemberian ASI dapat menyelamatkan lebih dari 820.000 anak setiap tahunnya serta mencegah penambahan kasus kanker payudara pada perempuan hingga 20.000 kasus per tahun.
Pemberian ASI menjadi kian penting mengingat dampak pandemi COVID-19 telah membebani sistem kesehatan di Indonesia, sehingga layanan konseling menyusui menjadi jauh lebih sulit diakses. Survei nasional yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan dengan dukungan UNICEF pada tahun 2021 menemukan bahwa kurang dari 50 persen ibu dan pengasuh anak di bawah dua tahun yang menerima layanan konseling menyusui selama pandemi. Situasi ini diperparah oleh tingginya pelanggaran terhadap Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI di Indonesia.
“Praktik menyusui yang optimal adalah kunci untuk menurunkan stunting pada anak di bawah usia lima tahun, demi mencapai target global dan nasional untuk mengurangi stunting hingga 40 persen. Inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan memberikan perlindungan terhadap infeksi saluran cerna dan kandungan gizi yang diperlukan untuk mencegah stunting,” kata Perwakilan WHO Dr. N. Paranietharan. “Meneruskan menyusui setelah enam bulan hingga dua tahun bersama dengan pemberian makanan pendamping ASI adalah cara yang paling memadai dan paling aman untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan memastikan perkembangan kognitif dalam fase kritis kehidupan ini,” katanya.
“Pemberian ASI adalah salah satu cara paling efektif untuk melindungi kesehatan anak dan ibu, sekaligus memberikan anak awal terbaik dalam kehidupannya,” kata Pelaksana Tugas Perwakilan UNICEF Robert Gass. “Di tengah pandemi global, para pemangku kepentingan harus mempertahankan perlindungan, promosi, dan dukungan untuk menyusui. ASI telah terbukti sebagai strategi yang mampu menyelamatkan nyawa dan merupakan fondasi bagi masyarakat sehat, cerdas, dan produktif.”
Sejalan dengan tema Pekan Menyusui Dunia tahun ini, Set Up for Breastfeeding: Educate and Support, WHO dan UNICEF menyerukan pemerintah, mitra, dan anggota masyarakat untuk mendukung ibu agar melanjutkan praktik menyusui yang optimal dan memperluas investasi yang dibutuhkan untuk mempromosikan pemberian ASI, termasuk:
- Memastikan ketersediaan layanan konseling menyusui untuk semua ibu dan pengasuh bagi anak berusia di bawah dua tahun, baik secara tatap muka maupun melalui platform digital.
- Memperbarui dan memperluas implementasi 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui di seluruh bagian sistem kesehatan yang menyediakan layanan persalinan.
- Memperkuat implementasi dan pemantauan kepatuhan terhadap Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI.
UNICEF dan WHO terus mendukung pemerintah dalam melindungi, mempromosikan dan mendukung praktik-praktik menyusui secara optimum dengan berbagi alat dan sumber daya untuk membantu penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, memperkuat kapasitas pemerintah untuk dapat menyediakan layanan konseling menyusui yang berkualitas dan mengumpulkan bukti untuk mendorong tindakan yang lebih tegas terhadap pemasaran produk pengganti ASI yang tidak tepat.
Pada masa pandemi, UNICEF dan WHO menyarankan agar ibu yang dicurigai atau terkonfirmasi positif COVID-19, serta sedang menjalani isolasi mandiri, untuk melanjutkan pemberian ASI dan tetap melakukan kontak kulit ke kulit dengan memperhatikan protokol kesehatan. Para ibu juga dianjurkan meneruskan pemberian ASI untuk bayi atau anak yang sedang sakit, baik yang kemudian dikonfirmasi positif COVID-19 maupun penyakit lainnya.