Kita Lawan Stunting dan Obesitas

Bangsa yang kuat adalah bangsa yang rakyatnya sehat. Agar kita semua sehat antara lain harus ditunjang oleh tercukupinya asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh secara rutin dan berkelanjutan. Kecukupan gizi yang baik akan menunjang terjaganya stamina kesehatan kita sehingga akan lebih terhindar dari gangguan berbagai penyakit yang berada disekitar kita. Lebih lebih lagi di saat pandemi yang telah 2 tahun melanda dunia ini.

25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional sebagai pengingat kita semua agar selalu mengutamakan kecukupan gizi yang diperlukan kita semua. Tema yang diusung pada Hari Gizi Nasional 2022 ini adalah “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”

Peringatan ini juga menjadi cambuk bagi kita agar lebih semangat untuk memerangi masalah besar yang masih harus kita hadapi, yaitu gizi buruk yang masih mendera beberapa saudara kita di pelosok desa, terutama dalam kondisi atau dampak dari pandemic ini. Buruknya gizi bisa karena kurang cukupnya asupan gizi, tetapi bisa juga disebabkan karena kurang memahaminya asupan makanan bergizi yang dikonsumsi. Pemahaman yang masih diyakini masyarakat bahwa setiap makanan modern atau makanan kemasan selalu bergizi tinggi, padahal pada umumnya malah sebaliknya.

Dampak dari pandemic ini memang cukup signifikan, terutama yang terkait dengan kehidupan ekonomi. Sejak awal pandemic ekonomi dunia terkoyak oleh penyebaran virus corona yang sangat tidak terkendali, walaupun yang terbanyak terserang adalah orang dewasa.. namun kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan, karena di luar sana berkembang virus jenis baru, dan seakan targetnya adalah anak anak. Maka di Hari Gizi Nasional ini merupakan sebuah momen yang baik untuk lebih memperbaiki gizi anak.

Angka gizi buruk di negeri kita tercinta ini masih terpantau oleh Kemenkes walau hasil yang didapat semakin hari semakin berkurang. Dari data yang diperoleh pada Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 menunjukkan hasil yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Persentase balita dengan gizi buruk dan sangat pendek mengalami penurunan. PSG 2015 menyebut 3,8% Balita mengalami gizi buruk. Angka ini turun dari tahun sebelumnya yakni 4,7%.

Kita tidak boleh terlalu cepat puas dengan hasil itu karena kita khawatirkan gizi buruk mengikuti fenomena gunung es. Sehingga upaya dan semangat untuk memeranginya tidak luntur. Beberapa upaya untuk menekan angka gizi buruk antara lain dengan sasaran khusus kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan anak 0-23 Bulan. Kegiatannya antara lain berupa imunisasi, Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil (PMT Bumil), PMT Balita, dan monitoring pertumbuhan Balita di Posyandu.

Dengan memperkuat fondasi kehidupan pada 1000 hari pertama diharapkan status kesehatan seseorang akan lebih baik dan kuat termasuk terjaganya stamina serta kekebalan tubuhnya dari terpaan beberapa penyakit. Apalagi dibekali ilmu dasar tentang makanan yang harus dikonsumsi yaitu 4 Sehat 5 Sempurna, yang cukup buah dan sayuran serta membatasi makanan instan akan semakin baik gizi anak negeri ini. Apabila kita semua sebagai penduduk negeri ini sehat maka generasi mendatang negeri ini akan semakin kuat atau dengan kata lain kita menjadi bangsa yang kuat.

Semoga gizi buruk yang merupakan cobaan yang menimpa saudara kita diwilayah timur segera ditemukan solusi cepat yang terbaik dan tidak akan terulang lagi di wilayah manapun di negeri ini. Dan semua program pemerintah tentang kesehatan dan sosial harus kita kawal bersama agar sesuai dengan sasaran yang diharapkan.

Kita harus memperhatikan gizi sejak awal kehidupan agar terbentuk manusia yang sehat. Karena kesehatan tidak bisa kita peroleh secara instan, harus diawali sejak dini dengan menbangun fondasi kehidupan serta secara rutin kita pelihara dengan sebaik baiknya. Kita harus selalu melaksanakan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

Semoga pandemic cepat berlalu

Semoga kita selalu sehat. (abk)

sumber: https://kabarpelangi.com/2022/01/25/kita-lawan-stunting-dan-obesitas/