INDONESIA TERSERAH-TERSERAH INDONESIA

Oleh: Muh Jamaludin Ahmad,SPsi.Psikolog. (Wakil Direktur SDI& Keuangan RS PKU Muhammadiyah Cepu)

Seorang dokter yang pernah bekerja bersama saya di suatu rumah sakit di Jakarta mengunggah infografis yang mengiris iris hati nurani saya dan mungkin juga anda. Infografis itu berbunyi “.. GANTIAN KALIAN DI LUAR KAMI DI RUMAH. Save tenaga medis dan kesehatan. Profesi kami penuh resiko, bertaruh nyawa, sementara calon pasien berkeliaran seenaknya tanpa mematuhi protokol kesehatan covid -19. INDONESIA TERSERAH..”

Para petugas kesehatan dan relawan yang telah habis habisan berjuang bertaruh nyawa bahkan ada yang berminggu minggu hingga berbulan bulan pisah dengan keluarga dan orang orang yang mereka sayangi, akhirnya mereka menemukan “kenyataan” yang tidak sejalan dengan perjuangan dan pengorbanan mereka, menemukan “kenyataan” yang semakin tidak peduli dengan nasib mereka, rumah sakit mereka dan keluarga mereka. Satu persatu petugas gugur bertumbangan, siapa peduli mereka dan keluarganya. Hanya sedikit pimpinan yang peduli nasib mereka. Hanya segelintir pemimpin yang peduli dan bersungguh sungguh memikirkan nasib mereka. Itupun dibuli rame rame entah oleh siapa. Petugas kesehatan juga menemukan “kenyataan” yang menyebabkan orang orang (ODP,PDP, Positif tapi OTG) semakin bebas masuk di medan perang yang penuh resiko dan tanpa perlindungan.

Mereka  yang tanpa dipersiapkan akhirnya bebas keluar menuju medan perang. Mereka sesungguhnya bukan sedang melawan musuhnya (covid-19) tetapi malah membantu musuh untuk membunuh temen teman seperjuangan. Saudara kita ini sebenarnya juga “korban” yang harus dilindungi karena mereka terpaksa terjun ke medan perang (keluar rumah) karena akibat adanya situasi yang kurang memberi solusi yang jelas. Disuruh “tinggal di rumah” tetapi mereka tidak memilki pendapatan yang tetap. Mereka pingin tinggal di rumah karena mereka tahu saat terjadi pandemi maka rumah adalah tempat paling aman karena siapapun bisa ditolak untuk.masuk ke rumah. Setiap orang bisa “lock down” rumahnya masing sehingga aman dari resiko terpapar covidi 19. Namun karena mereka tdk ada jaminan sosial maka terpaksa keluar rumah. Mereka harus tetap hidup dan menghidupi diri dan keluarganya, serta ada yang tetap keluar rumah utk menuhi kewajiban dan tugasnya, mereka harus bayar listrik yang tadinya dijanjikan turun malah naik, juga karena mereka sudah disuruh berdamai dengan si Corona, serta moda transportasi sudah boleh operasional. Karena saking banyaknya mereka yang terjun ke medan perang (keluar rumah) maka resiko jatuh korban (terpapar dan memapar) semakin buanyak. Naaach…..disinilah persoalan timbul. Ketika pasien positif covid masih sedikit jumlahnya saja rumah sakit banyak yang kewalahan merawat mereka karena ruangan isolasi khusus utk pasien covid sangat terbatas, alkes dan APD tebatas, juga petugas kesehatannya sudah kelelahan dan mulai banyak gugur bertumbangan, bagaimana jika pasien positif covid semakin meledak jumlahnya? Para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang menangani pesien covid-19 bukan robot yang yang kebal virus dan tidak bisa capek tetapi “MEREKA JUGA MANUSIA”.

Para tenaga kesehatan (dokter, perawat dll) ini juga butuh perlindungan yang serius. Perlindungan itu bukan sekedar APD namun mencakup banyak hal, antara lain : alkes cukup dan layak, APD lengkap dan sesuai standar, tersedia asupan gizi dan nutrisi cukup, hak istirahat harus terpenuhi agar kondisinya fit lahir batin ketika menangani pasien, dirawat dan dilindungi ketika terpapar, bila gugur diberi jaminan masa depan utk istri dan anaknya yang harus tetap hidup, sekolah dan kuliah dll. Semoga para dokter, perawat dan petugas kesehatan lainya tetap diberi perlindungan oleh Allah, sehat wal afiat selalu. Jangan sampai mereka menyerah dan runtuh daya tahannya. Para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainya bukanlah “GARDA DEPAN”, tetapi mereka adalah “BENTENG PERTAHANAN TERAKHIR”. Garda depanya adalah Kebijakan pemimpin yang benar dan kita para rakyat yang terus menjaga diri agar tidak memapar dan terpapar dengan disiplin menjalankan protokal kesehatan masing masing. Kalau Garda depan utama (pemimpin) menghasilkan kebijakan yang salah dan tidak memberi solusi pada rakyat maka garda depan berikutnya yaitu rakyat akan semakin banyak yang tumbang terpapar serangan musuh, maka akibatnya Benteng pertahanan akhir akan hancur berantakan. Sebaliknya bila para pemimpin menghasilkan kebijakan yang benar dan memberi solusi maka resiko rakyat yang terpapar akan semakin berkurang dan insya Allah benteng pertahanan terakhir akan tetap kokoh berdiri  melayani mereka yang terluka.

Sungguh hanya kepada Allah kita beribadah dan mohon pertolongan yang sesungguhnya. Kita harus jaga NKRI dengan ikhtiar maksimal dan tawakkal kepada Allah SWT. Semoga Allah melindungi dan merahmati bangsa dan rakyat indonesia.

(akhir  Ramadhan 1441 H)