BERPISAH

Ketika jagat raya diliputi bencana dan terbenam dalam kubangan persoalan, kebenaran hilang lenyap bak ditelan bumi dan tidak ada jawaban yang bisa ditemukan. Pendemi yang membutuhkan keselamatan jiwa dan ketahanan hidup sudah terabaikan. Kebiasaan yang sudah berjalan hampir jadi budaya pun sedikit demi sedikit pudar mungkin amnesia, kecuali bagi orang dengan kesadaran tinggi akan mampu bertahan hidup. Langkah Herd Humanity yang diambil pemerintah menjadikan cambuk bagi rakyat untuk berjuang hidup secara mandiri. Seluruh aktifitas rutin sehari-hari bebas dan terserah bagi individu untuk mempertahankan jiwa tetap hidup atau mati. Mall, pasar, transportasi dan layanan umum di buka lebar- lebar demi pertahanan hidup diri sendiri, “ bejo beji urip yo selamet ora urip yo nasib”. Mungkin rasa miris melihat kondisi ini namun tak perlu menyerah karena kesempatan dan jalan keluar pasti ada wacana untuk berdamai dengan covid dengan tidak meninggalkan protokoler kesehatan, menjaga kesehatan, jaga jarak, mengendalikan diri agar tetap dirumah, menjaga kebersihan, berdo’a memohon keselamatan dari Pandemi Covid dan bila wafat dalam keadaan khusnul khotimah. Mungkin kurangnya menjaga kebersihan diri karena virus sangat mudah masuh ke dua lubang yaitu hidung dan mulut, virus yang berduri mirip biji kedondong yang berukuran 400-500 micrometer yang harus kita waspadai. Saatnya berbenah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sholat, bermunajat dan tadarus. Membaca al-qur’an dengan terjamahan dan tafsirnya sudah ada tersedia di medsos tinggal klik pilihan dan bisa dinikmati. Pengajian –pengajian online, pengajian dengan zoom, webinar sesuai pilihan untuk meneguhkan ilmu keagamaan. Arahkan anak – anak untuk menjaga akidah agama yang mereka yakini, berpendirian kuat, sehingga penerus perjuangan agama yang di bawa nabi & rasul Muhammad SAW terjaga. Pandemi ini sangat membantu memperkuat tali kasih ikatan keluarga dengan rutinitas yang menggembirakan karena pelaksanaannya bersama dan saling mendukung contohnya Sholat berjama’ah, tadarus bergilir, berbuka dan saur, dan mengajarkan berbagi kepada yang membutuhkan. Mungkin bukan hanya bulan ramadhan saja mengalami hal ini sebelumnya selama pandemi berlangsung hinggga saat ini sudah melakukan berbagai kegiatan bersama keluarga dirumah. Pandemi tidak dapat dipastikan kapan akan berakhir hal ini tidak menjadikan pesimis dalam mempertahankan hidup. Beritahukan keluarga agar lebih waspada dimanapun berada untuk bisa menjaga diri sendiri, dan bertanggung jawab apa yang kita perbuat atau lakukan agar kehidupan yang kita jalani benar terekam seperti apa kelanjutan perjuangan kehidupan, memang upaya dalam menjaga imun adalah jalan satu-satunya, yaitu dengan cara:
1. Menjaga Kehalalan rezeki.
2. Mencukupi kebutuhan makanan bergizi, bervitamin dan bernutrisi
3. Istirahat secukupnya
4. Olah raga di rumah
5. Berkomunikasi dan saling memotivasi mendukung keluarga dirumah.
Beberapa hari lagi berpisah melepas bulan ramadhan mungkin bagi kalangan pilihan Allah SWT yaitu orang – orang yang beriman terasa berat, sedih dan merasakan kurang karena puasa ini berjalan begitu cepat, baru kemarin berpuasa bersama keluarga, baru kemarin berbuka dan saur bersama keluarga, baru kemarin menahan nafsu, baru kemarin menahan ucapan dan tingkah laku yang kurang baik. Dalam bulan ramadhan sifat bawaan/Fitrah manusia muncul dan itulah asli sifat kita, karakter diri hanya kita yang bisa menilai terpuji atau belum terpuji. Jika menyadari fitrah (fathara) manusia adalah suci dan kecenderungan menerima kebenaran. Karena hakekat manusia itu tidak terkotori oleh ucapan hina dan perilaku keji. Itulah mengapa bulan Ramadhan ini sangat berat melepasnya dan selalu di rindu kehadirannya. Saat menjalni puasa inilah titik akhir dari ibadah yang kita jalani dengan ujian rintangan menahan selama beberapa jam apa yang dihalalkan oleh Allah SWT. Karena Allah SWT ingin melihat hambanya yang benar-benar patuh dan taat hanya kepadaNya. Saat menuju kemenangan diraih dengan membawa ijazah ketakwaan menjadi manusia suci yang fitri tersematkan pada diri inilah kunci diri kita sebenarnya. Dan akan terbawa dalam kehidupan rutinitas sehari-hari dengan sifat-sifat terpuji atau akhlak mahmudah. Semoga Allah memberkahi kita, fastabiqul khairat