Tembakau Dibutuhkan dan Dienyahkan

Hari ini 31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau seDunia.

Tembakau banyak dibenci sekaligus banyak yang mencari. Dua kepentingan yang tidak pernah ada titik temu dengan segudang alasan yang selalu telak, namun keduanya semakin kencang juga. Argumen atau ‘dalil’ apapun dipakai agar yang selalu mencari ini menjadi kapok, belum bisa ‘mematikan’ dengan alasan apapun juga.

Tembakau merupakan salah satu komoditi yang sangat menjanjikan dalam hal finasial dan bisnis tembakau ini mampu mencuatkan nama pemiliknya sebagai orang terkaya di dunia. Sebagai salah satu contoh, ketika awal tahun 1960-an ada sebuah pabrik rokok yang seakan sebagai industri rumahan, namun setelah dua dekade pabriknya bisa ‘menguasai’ kota dan mengantar pemiliknya sebagai deretan orang terkaya di dunia.

Di sisi lain, dampak terhadap kesehatan, berdasarkan WHO, tembakau merupakan penyebab terbesar kematian oleh penyakit yang dapat dicegah. Bahaya penggunaan tembakau mencakup penyakit yang terkait dengan jantung dan paru-paru seperti serangan jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, emfisema, dan kanker (terutama kanker paru-paru, kanker laring, dan kanker pankreas).

WHO memperkirakan bahwa tembakau menyebabkan kematian bagi 5.4 juta jiwa pada tahun 2004. 100 juta kematian akibat tembakau telah terjadi akibat tembakau sepanjang abad ke 20. Tembakau juga penyebab kematian bayi dan janin di seluruh dunia karena orang tua perokok.

Perokok pasif meski tidak merokok, dapat mengalami kanker paru-paru. Di Amerika Serikat 3000 orang dewasa meninggal akibat paparan asap rokok sebagai perokok pasif. Setidaknya 46.000 orang perkok pasif mengalami penyakit jantung dan meninggal.

Jumlah perokok secara umum berkurang dengan meningkatnya kesejahteraan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu negara. Dengan kata lain, jumlah perokok berkurang seiring dengan bergeraknya suatu negara menjadi negara maju. Di Amerika Serikat, jumlah perokok telah berkurang setengahnya secara persentase sejak tahun 1965, dari 42% menjadi 20.8%. Sedangkan di negara miskin dan negara berkembang, jumlah perokok justru meningkat secara persentase per tahunnya. India dan China, dengan penduduk yang sangat berlimpah dan IPM yang tidak terlalu tinggi menjadikan keduanya pasar bagi rokok dari seluruh dunia. China sendiri telah menjadi produsen rokok terbesar di dunia dengan memproduksi 2.4 triliun batang rokok per tahun atau setara dengan 40% produksi total dunia.

Itulah hal ikhwal tentang tembakau dan rokok, sampai dunia memperingatkan semua masyarakat dengan gambaran seperti diatas. Semua tergantung dari diri sendiri, apa yang harus dilakukan. Dan semua permasalahan di dunia ini penuh pro dan kontra, setiap orang mengetahui bagaimana menjaga hidup sehat. Semoga kita selalu sehat. (Abk)